Sabtu, 26 Maret 2011

HARGA POKOK PENJUALAN (HPP)

HARGA POKOK PENJUALAN (HPP)

1. Pengertian Harga Pokok Penjualan.

Yang dimaksud dengan harga pokok penjualan adalah seluruh biaya yangdikeluarkan untuk memperoleh barang yang dijual atau harga perolehan daribarang yang dijual.

Ada dua manfaat dari harga pokok penjualan.
1. Sebagai patokan untuk menentukan harga jual.
2. Untuk mengetahui laba yang diinginkan perusahaan. Apabila harga jual lebih besar dari harga pokok penjualan maka akan diperoleh laba, dan sebaliknya apabila harga jual lebih rendah dari harga pokok penjualan akan diperoleh kerugian.

2. Rumus Menghitung Penjualan Bersih.
Penjualan dalam perusahaan dagang sebagai salah satu unsur daripendapatan Perusahaan. Unsur-unsur dalam penjualan bersih terdiri dari:
- penjualan kotor;
- retur penjualan;
- potongan penjualan;
- penjualan bersih.
Untuk mencari penjualan besih adalah sebagai berikut:
Penjualan bersih = penjualan kotor – retur penjualan – potongan penjualan.

Contoh:
Diketahui penjualan Rp. 25.000.000,-
Retur penjualan Rp. 125.000,-
Potongan penjualan Rp. 150.000,-
Hitunglah penjualan bersih!
Penjulan bersih = Rp. 25.000.000,- – Rp. 125.000,- – Rp. 150.000,- = Rp. 24.725.000,-

3. Rumus Menghitung Pembelian Bersih.
Pembelian bersih adalah sebagai salah satu unsur dalam menghitung harga pokok penjualan.
Unsur-unsur untuk menghitung pembelian bersih terdiri dari:
- pembelian kotor;
- biaya angkut pembelian;
- retur pembelian dan pengurangan harga;
- retur pembelian;
- potongan pembelian.
Untuk menghitung pembelian bersih dapat dirumuskan sebagai berikut:
Pembelian bersih = pembelian + biaya angkut pembelian – retur pembelian – potongan pembelian.

4. Rumus Menghitung Harga Pokok Penjualan.
Untuk menghitung harga pokok penjualan harus diperhatikan terlebih dahulu unsur-unsur yang berhubungan dengan harga pokok penjualan.
Unsur-unsur itu antara lain:
- persediaan awal barang dagangan;
- pembelian;
- biaya angkut pembelian;
- retur pembelian dan pengurangan harga;
- potongan pembelian

Rumus harga pokok penjualan:
HPP = Persediaan awal barang dagangan + pembelian bersih – persediaan akhir
HPP = Barang yang tersedia untuk dijual – persediaan akhir

Keterangan :
Barang yang tersedia untuk dijual = Persediaan awal barang dagangan + pembelian bersih.
Pembelian bersih = Pembelian + biaya angkut pembelian – retur pembelian – potongan pembelian.
Atau
Barang yang tersedia untuk dijual = Persediaan awal + pembelian + beban angkut
Pembelian – retur pembelian – potongan pembelian.
Persediaan akhir barang yang tersedia (dikuasai) pada akhir periode akuntansi.
Untuk menghitung Harga Pokok Penjualan.
Perhatikan bagan di bawah ini.


5. Pengertian Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi adalah laporan yang menyajikan sumber pendapatan dan beban suatu perusahaan (dagang) selama periode akuntansi.
Untuk Menghitung laba rugi perusahaan adalah:
Laba bersih = laba kotor – beban usaha.
Beban uasaha dalam perusahaan dagang ada dua kelompok.
1. Beban penjualan ialah biaya yang langsung dengan penjualan.
2. Beban administrasi/umum ialah biaya-biaya yang tidak langsung dengan penjualan.
Untuk menghitung laba kotor adalah:
Laba kotor = penjualan bersih – harga pokok penjualan.
Sedangkan untuk menghitung penjualan bersih adalah :
Penjualan bersih = penjualan – retur penjualan dan pengurangan harga – potongan penjualan.

6. Menyusun Laporan Laba Rugi.
Laporan laba rugi dapat disajikan dalam dua bentuk yaitu single step dan multiple step.
A. Single Step/Langsung.
Laporan single step/langsung yaitu laporan laba rugi di mana semuapendapatan dijumlahkan menjadi satu, demikian juga untuk bebannya, kemudian dicari selisihnya untuk mengetahui laba atau rugi.
B. Multiple Step (Bertahap)
Laporan laba rugi bentuk multiple step (bertahap) adalah laporan laba rugi dengan mengelompokkan atau memisahkan antara pendapatan usaha danpendapatan di luar usaha, dan memisahkan pula antara beban usaha dan beban di luar usaha, baru kemudian dicari selisihnya sehingga akan diperoleh laba atau rugi usaha.
7. Perusahaan Unsur Laporan Perubahan Modal.
Laporan perubahan modal adalah laporan keuangan yang menyajikan perubahan modal selama satu periode akuntansi.
Perubahan modal diakibatkan oleh adanya pengambilan pribadi, diperolehnya laba, dideritanya kerugian atau adanya setoran pribadi.
Unsur-unsur laporan perubahan modal yaitu:
- modal awal
- laba atau rugi
- pengambilan pribadi
- setoran pribadi
- modal akhir.

8. Unsur-unsur Laporan Neraca.
Neraca adalah laporan keuangan yang menyajikan posisi ruangan perusahaan pada saat tertentu unsur-unsur neraca terdiri dari :
harta
- kewajiban/utang
- modal
Bentuk laporan neraca terdiri dari dua bentuk yaitu bentuk laporan dan bentuk scontro/sebelah menyebelah.

Penyusutan Aktiva Tetap

Metode Penyusutan Aktiva tetap :


1. Metode Garis Lurus ( Straight Line Metode )
    Dalam metode ini penentuan besar penyusutan setiap tahun
    selama umur ekonomis sama besar, sehingga jika dibuatkan
    grafiknya terhadap waktu, dan akumulasi biaya akan berupa
    garis lurus.
    Contoh :
    Mesin dengan harga poko Rp. 3.200.000, Nilai residu Rp. 200.000
    Umur 5 tahun. Hitunglah proses aktiva tetapnya.(100%:5=20%)
    Tahun 1 20% ( 3.200.000 - 200.000 ) = 600.000
    Tahun 2 20% ( 3.200.000 - 200.000 ) = 600.000
    Tahun 3 20% ( 3.200.000 - 200.000 ) = 600.000
    Tahun 4 20% ( 3.200.000 - 200.000 ) = 600.000
    Tahun 5 20% ( 3.200.000 - 200.000 ) = 600.000 + 
                             Jumlah Penyusutan = 3.000.000


2. Satuan Unit / Produksi ( Unit of Production )
    Pada metode ini penyusutan dihitung atas satuan unit produktif
    selama masa umur ekonomisnya, dapat berupa jumlah barang yang
    diproduksi, jam pemakaian, kilometer pemakaian dan sebagainya.
    Contoh :
    Suatu mesin dengan harga pokok Rp.32.000.000,nilai residu
    Rp. 2.000.000 digunakan selama 40.000 jam produksi setiap tahun, mesin
    berproduksi sebagai berikut
    Tahun 1  5.000   jam
    Tahun 2 10.000  Jam
    Tahun 3  8.000  Jam
    Tahun 4  6.000  Jam
    Tahun 5  9.000  Jam
    Tahun 6  6.000  Jam
    Diminta hitunglah Penyusutan aktiva tetap ?

Tahun
Lama Digunakan
Penyusutan
1
5.000 Jam
  5.000/40.000 (32.000.000 – 2.000.000)
  = 3.750.000
2
10.000 Jam
10.000/40.000 (32.000.000 –  2.000.000)
  = 7.500.000
3
8.000 Jam
  8.000/40.000 (32.000.000 -   2.000.000)   
  = 6.000.000
4
6.000 Jam
  6.000/40.000 (32.000.000 -   2.000.000)
  = 4.500.000
5
9.000 Jam
  9.000/40.000 (32.000.000 -   2.000.000)
  = 6.750.000
6
6.000 Jam
  6.000/40.000 (32.000.000 -   2.000.000)
  =1.500.000

40.000 Jam
Jumlah Penyusutan   Rp. 30.000.000



3. Metode Saldo Menurun ( Declining Balance )
    Metode ini menetapkan penyusutan awal tahun dan berikutnya semakin
    kecil. Perhitungan mengunakan presentase sebesar 2x perentase metode
    garis lurus. Disini nilai residu tidak diperhitungkan.
    Contoh :
    Jika mesin yang seharga Rp. 32.000.000xditaksir umumnya 5 tahun. 
    Diminta Hitunglah proses penyusutannya.
    Tahun 1  40% X 32.000.000                         = 12.800.000
    Tahun 2  40% X ( 32.000.000 - 12.800.000 )  =   7.680.000
    Tahun 3  40% X ( 32.000.000 - 20.480.000 )  =   4.608.000
    Tahun 4  40% X ( 32.000.000 - 25.088.000 )  =   2.764.000
    Tahun 5  40% X ( 32.000.000 - 27.825.800 )  =   1.658.000 + 
                                                                  Rp. 29.511.680
    Harga Pokok = 32.000.000
                         29.511.680 -
                    Rp.  2.488.320
    
    Artinya Rp. 2.000.000 dimasukan ke nilai Residu
               Rp.   488.320 dimasukkan ke tahun terakhir


4. Jumlah Angka - Angka Tahun ( Sum of The Year )
    Penggunaan metode jumlah angka tahun menetapkan nilai
    penyusutan semakin lama semakin kecil berdasarkan pada
    perhitungan bahwa aktiva yang digunakan pada proses produksi
    semakin lama semakin berkurang dalam menghasilkan produksi.
    Contoh :
    Mesin dengan harga Rp. 32.000.000, residu Rp. 2.000.000
    Umur selama 5 tahun.
    Tahun 1   5   ( 32.000.000 - 2.000.000 ) = 10.000.000
                 15
    Tahun 2   4   ( 32.000.000 - 2.000.000 ) =   8.000.000
                 15
    Tahun 3   3   ( 32.000.000 - 2.000.000 ) =   6.000.000
                 15
    Tahun 4   4   ( 32.000.000 - 2.000.000 ) =   4.000.000
                 15
    Tahun 5   5   ( 32.000.000 - 2.000.000 ) =   2.000.000
                 15                                                              + 
                             Jumlah Penyusutan    Rp. 30.000.000

Jumat, 25 Maret 2011

Piutang (Account Recevable)

Piutang
Bagi Perusahaan yang melakukan penjualan secara krredit / tidak tunai ataupun pesanan uang muka.


Piutang ada 2 :
    - Piutang Ragu - Ragu 
      suatu pitang yang pembayaran / pengembalian diragukan untuk 
      diterima kembali.
    - Penghapusan Piutang secara Langsung
      Suatu pencatatan apabila piutang tidak tertagih lagi pada suatu 
      periode, Ia akan dicatatat sebagai biaya yang tak tertagih, didalam 
      buku besar biaya yang tak tertagih ( Bed Debit Expens ). Posisi 
      biaya yang tak tertagih umumnya akan mengurangi piutang.


Metode Pencatatan :
    - Penghapusan Langsung
      Contoh :
      1. Pada tanggal 8 April dinyatakan piutang kepada Tuan Nasir sebesar
          Rp. 4.000.000 tak dapat ditagih lagi, maka penghapusan Langsung
          dicatat dalam jurnal Umum :
          08/04     Bed debit expenss           Rp. 4.000.000
                             Account Recevable             Rp. 4.000.000
      2. Pada tanggal 8 November terhitung piutang yang sudah dihapuskan 
          dapat diterima kembali.
          08/11     Account Recevable     Rp. 4.000.000
                              Bed debit expenss      Rp. 4.000.000
   - Metode Cadangan
     Perusahaan umum membentuk cadangan piutang terlebih dahulu untuk 
     menjaga kemungkinan - kemungkinan yang timbul sebagai akibat tidak 
     tertagihnya penjual kredit, maka biasanya berpedoman pada 
     tahun - tahun sebelum.
     1. Metode Penjualan Kredit
         Contoh :
         Berdasarkan pengalaman tahun sebelumnya ditetapkan presentasi 
         untung yang tidaktertagih 2 %. Jika penjualan kredit selama 1 tahun
         berjumlah Rp. 450.000.000 maka cadangan yang harus disediakan
         adalah :
                        2    x Rp. 450.000.000    = Rp. 9.000.000
                      100
         
     2. Metode Jumlah Kredit
         Contoh :
         Berdasarkan pada pengalaman tahun yang lalu ditentukan Presentasi 
         Piutang yang tidak tertagih yang dihitung dari tambahan saldo 
         piutang dan apabila perkiraan saldo piutang ditetapkan 4 %, maka 
         cadangan dari RP. 75.000.000.
             
                      4    x  Rp. 75.000.000
                    100


     3. Analisa Jumlah dan Umur Piutang
         Dilihat pada akhir tahun pembukuan dan diteliti umur jatuh tempo. 
         Seperti :
          a. Belum jatuh tempo                                0.5 %
          b. 0 - 30 hari setelah jatuh tempo                2   %
          c. 31 - 60 hari setelah jatuh tempo               6   %
          d. 61 hari - 6 Bulan                                   20   %
          e. > 6 Bulan                                            40    %

Rabu, 23 Maret 2011

Persediaan ( Inventery)

Pengertian Persediaan
Persediaan merupakan barang yang diperoleh untuk dijual kembali atau bahan untk diolah menjadi barang jadi atau barang jadi yang akan dijual atau barang yang akan digunakan.
Metode dalam menghitung persediaan :  

1.      FIFO (First In First Out), barang yang masuk terlebih dahulu dianggap yang           pertama kali dijual/keluar sehingga persediaan akhir akan berasal dari pembelian yang termuda/terakhir.
2.      LIFO (Last In First Out), barang yang terakhir masuk dianggap yang pertama kali keluar, sehingga persediaan akhir terdiri dari pembelian yang paling awal.
3.      Rata-rata (Everage), pengeluaran barang secara acak dan harga     pokok barang yang sudah digunakan maupun yang masih ada ditentukan dengan cara dicari rata-ratanya.
4.  Metode Harga eceran
            5.  Metode Laba Kotor
  • FIFO
Dengan metode ini jumlah barang yang digunakan sebanyak 700 unit diasumsikan berasal dari barang yang pertama kali dibeli, yaitu:
200 unit                @ Rp.10 = Rp.2,000
400 unit                @ Rp.12 = Rp.4,800
100 unit                @ Rp.11 = Rp.1,100
Harga pokok penjualan             Rp.7,900
Selanjutnya persediaan yang 300 unit dianggap dari pembelian tanggal 26 dan 30 Januari 2006 dengan rincian sebagai berikut:
200 unit                @ Rp.11 = Rp.2,200
100 unit                @ Rp.13 = Rp.1,300
Persediaan akhir            Rp.3,500



 

Persediaan ( Inventery )

Metode dalam menghitung persediaan

  • LIFO

Dengan metode ini jumlah barang yang dijual sebanyak 700 unit diasumsikan berasal dari barang yang terakhir dibeli, yaitu:
100 unit                @ Rp.13 = Rp.1,300
300 unit                @ Rp.11 = Rp.3,300
300 unit                @ Rp.12 = Rp.3,600
Harga pokok penjualan             Rp.8,200
Selanjut persediaan akhir 300 unit dianggap berasal dari pembelian tanggal 1 dan 12 Januari 2006, yaitu:
200 unit                @ Rp.10 = Rp.2,000
100 unit                @ Rp.12 = Rp.1,200
Persediaan akhir             Rp.3,200


  • Metode Rata-rata

Untuk menghitung persediaan akhir dan harga pokok penjualan perlu dibuat perhitungan sebagai berikut:
Tanggal
Keterangan
Unit
Harga per Unit
Jumlah
Jan 1
Persediaan
200
Rp.10
Rp.2,000
12
Pembelian
400
Rp.12
Rp.4,800
26 
Pembelian 
300
Rp.11 
Rp.3,300 
30 
Pembelian 
100 
Rp.13 
Rp.1,300 
Jumlah 
1,000 

Rp.11,400 
Rata-rata = Rp.11,400 : 1,000 
Rp.11.4 
Harga pokok penjualan = 700 x Rp. 11.4 = Rp.7,980
Persediaan akhir = 300 x Rp.11.4 = 3,240